Kamu suka nulis artikel?mau diterbitkan oleh Aru?.Kirim sekarang!

Kala Hujan Di Sore Hari


Sore itu langit terlihat murung, wajahnya tak seceria biasanya, hanya tetesan air mata mengalir deras mengguyur bumi yang sedang kelelahan, Dedaunan hanya bisa ditimpa tangisannya yang tak kunjung usai.

Hujan sore itu juga menjadi saksi bisu dari seorang Gadis mungil yang menghentikan langkahnya sejenak untuk mengais rupiah yang tak kunjung ia dapatkan sedari Pagi tadi. Naina—nama gadis mungil itu, sejak lahir ia belum pernah tau siapa kedua orang tuanya, ia hanya tinggal di gubuk tua dengan neneknya yang sudah mulai tergeletak lemah di kasur lantai yang mulai mengeluarkan kapuk didalamnya. 

Naina Sangat Senang bila hujan turun, tapi kali ini hatinya merasa cemas, jualannya belum ada sama sekali yang laku, wajah polosnya hanya bisa menerima jika hari ini tempe mendoan yang ia goreng tadi pagi perlahan-lahan mulai dingin.

Sedangkan, Hujan belum juga reda. Naina, ingin sekali pulang dengan membawa uang yang banyak untuk pengobatan neneknya, doa demi doa ia panjatkan kepada Allah, karena ia tahu bahwa hujan adalah waktu yang pas  untuk doa dikabulkan.

Sepuluh menit telah berlalu, tetapi hujan masih mengguyur dengan derasnya, Naina masih berdiri kokoh di Halte yang sudah usang dan tak terpakai lagi. badannya mulai kedinginan. Kaos berwarna merah muda dengan celana putih panjang sedikit demi sedikit terkena cipratan air hujan dari atas.

Tiba-tiba, sebuah mobil hitam berhenti di hadapan Naina. Ia merasa agak cemas dan takut jika orang di dalam mobil itu akan menculiknya, apalagi di Jakarta sering sekali terjadi penculikan Anak. 

"dek," ucap seorang laki-laki berpenampilan rapi datang menghampirinya dengan membawa sebuah payung berwarna Oranye.

"I...Iya, paman" balasnya ketakutan

"Jangan, panggil paman dong!"ucap lelaki itu lagi dan melanjutkan pembicaraannya. "Panggil aja kakak. oh iya,kamu disini ngapain dan nama kamu siapa?"

"Naina, paman eh kakak"

lelaki itu menyodorkan senyuman manis kepadanya"nama kakak, Farel. kamu jualan apa Naina?"

"Tempe mendoan,"

"Oh ya, pas banget dong kakak juga kepengen makan mendoan"

"Tapi, tempenya sudah dingin"

"Oh ya, gak apa-apa. Kan masih bisa digoreng dirumah"

Seketika Naina tersenyum mendengar ucapan lelaki itu. Dan segera menyodorkan tempe mendoan yang sudah dingin.

"Berapaan satu tempenya?"

"500-saja kak"

Lelaki itu merasa iba, kepadanya dan membeli Semua Tempe mendoannya. "Nih, ya. Ambil aja kembaliannya"

"Tapi, ini kebanyakan kak"

"Ambil aja."

Hati Naina sangat gembira, ia melangkahkan kakinya dengan penuh semangat sembari menari di bawah hujan sore yang masih tak kunjung reda. Sedangkan, Lelaki dengan Mobil hitamnya tadi tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa ada jejak.

Hingga saat ini, Aku memang masih Suka dengan Dunia Komputer, Entah kenapa?. Ya Jawabannya Karena, Hal yang membuatku nyaman justru Adalah Komputer, Aku tak seperti Anak kebiasaan yang menggunakan ko…

4 komentar

  1. Alhamdulillah
    1. Ff
  2. 👍👍
  3. Ok
© ARFATH FYI. All rights reserved. Di Produksi Oleh Arfathmedia